Jumat, 02 Desember 2011

Rendah, Pemahaman WNI Terhadap Energi Terbarukan

 

Jakarta, E-online.- Pemahaman Warga Negara Indonesia (WNI) terhadap “energi terbarukan” sangat rendah. Survei membuktikan, tidak sampai 1 dari 10 orang yang dapat mengidentifikasi dengan akurat sumber daya alam terbarukan tanpa dibantu.  Padahal hasil survey GE Energy menyebutkan 7 dari 10 orang Indonesia mengangap “polusi udara” sebagai masalah lingkungan yang paling dikhawatirkan. Tiga ratus lima puluh responden dari berbagai sektor masyarakat yang diwawancarai, menampakkan perhatian besar soal uap gas beracun dari produk yang tak dapat terurai di lingkungan serta peningkatan penggunaan bahan kimia di sektor industri.  Kedua hal ini sama-sama berkontribusi terhadap polusi udara.
Survei  juga menunjukkan ada lebih dari separuh responden memiliki pemahaman yang cukup mengenai penyebab polusi udara.  Ini ditunjukkan dengan kemampuan mereka mengidentifikasi “pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, diesel dan gas guna pembangkitan tenaga listrik” sebagai salah satu dari tiga penyebab terbesar polusi udara. Kendati demikian, pemahaman tentang solusi-solusi mitigasi polusi udara seperti penggunaan sumber daya alam terbarukan untuk pembangkit tenaga listrik, masih sangat rendah. 
Tak sampai 1 dari 10 orang dapat mengidentifikasi dengan akurat sumber daya alam terbarukan tanpa dibantu.  Hanya 1 persen responden yang dapat mengidentifikasi energi panas bumi sebagai suatu bentuk energi terbarukan, walaupun panas bumi direncanakan sebagai sumber hampir separuh dari program pembangkit listrik Indonesia selanjutnya yang memiliki kapasitas 10.000 MW. Lebih dari separuh responden tak mampu mengidentifikasi satu pun sumber energi terbarukan, dan 1 dari 5 orang membuat kesalahan dengan menyebutkan minyak/bensin/diesel sebagai suatu bentuk energi terbarukan.  Sebagian yang lain juga membuat kesalahan serupa saat mengidentifikasi gas alam, batu bara dan nuklir sebagai sumber energi terbarukan kendati sifatnya yang jelas terbatas.
Di antara responden yang dapat dengan akurat menyebutkan sumber daya terbarukan, contoh yang paling banyak disebutkan adalah tenaga surya yang disebut oleh 1 dari 4 orang, diikuti dengan tenaga arus air (hidro) dan angin. “Hal positifnya adalah : saat contoh-contoh sumber energi terbarukan ditunjukkan kepada responden, serta manfaatnya yang tidak terbatas dijelaskan, 9 dari 10 orang menyatakan bahwa energi terbarukan mutlak diperlukan jika kita peduli terhadap lingkungan,” kata Widhyawan Prawiraatmadja, Country Executive dari GE Energy Indonesia. “Saya percaya bahwa hal ini mengisyaratkan bahwa warga Indonesia pada dasarnya sangat peduli terhadap lingkungan, dan akan mendukung rencana-rencana peningkatan kelestarian lingkungan; terutama jika rencana tersebut berdampak positif bagi kehidupan sehari-hari dengan meningkatkan kualitas udara yang kita hirup,” tambahnya.
Saat ini, Indonesia adalah sebuah negara yang kaya akan sumber daya energi, sekaligus sebagai konsumen energi terbesar di kawasan ASEAN, dengan permintaan akan energi yang diproyeksikan meningkat 7% per tahunnya selama 10 tahun ke depan.  Menurut Widhyawan, “Kecuali di sektor minyak, Indonesia telah dapat mencukupi diri sendiri dalam soal suplai energi.  Tapi, kondisi ini bergantung kepada sumber energi yang tak terbarukan, dengan bahan bakar fosil sebesar hampir 70% dari total energi primer, dan 84% dari total bahan bakar pembangkit listrik.  Peningkatan penggunaan energi terbarukan akan bertambah krusial jika Indonesia bertekad untuk melestarikan sumber daya alamnya untuk generasi yang akan datang.” Di samping soal energi terbarukan, Widhyawan juga menegaskan pentingnya mengakses cadangan gas metana di lapisan batubara (Coal Bed Methane – CBM). 
Cadangan CBM Indonesia diperkirakan mencapai hampir tiga kali lipat cadangan gas alam2, dan dapat digunakan untuk meningkatkan usaha elektrifikasi kawasan pedesaan mengingat sebagian besar dari cadangan tersebut berada di lapisan batubara di daerah pedalaman.  Gas metana tersebut dilepaskan melalui aktivitas pertambangan dan dapat dimanfaatkan untuk pembangkitan listrik dengan biaya di bawah separuh dari biaya pembangkitan listrik dengan generator tenaga diesel.  Generator diesel saat ini memiliki porsi sebesar 40% dari kebutuhan negara ini.
“CBM tak hanya lebih murah dari diesel, namun juga menggunakan teknologi pembakaran yang lebih bersih untuk kepentingan pembangkitan listrik.  Penggantian diesel dengan CBM akan meningkatkan kualitas udara kita, yang pada akhirnya akan memberi manfaat bagi setiap warga Indonesia,” kata Widhyawan, Poling survei ini diselenggarakan oleh InsightAsia, suatu perusahaan riset mandiri se-Asia. Survei ini dirancang untuk mengukur kesadaran publik dan persepsi konsumer mengenai energi terbarukan. Secara total, survei dijalankan dengan 1420 responden di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Vietnam. (witono)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar