Jumat, 02 Desember 2011

Udara kotor akibat polusi meningkatkan risiko bayi lahir prematur dan kurang berat badan.


VIVAnews - Para ibu hamil yang hidup dan beraktivitas di daerah perkotaan menghadapi ancaman melahirkan bayi kurang bulan atau lahir prematur. Menurut sebuah penelitian dari Universitas California, ibu hamil di perkotaan tiga kali lebih besar lebih cenderung melahirkan bayi prematur.

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal
Environmental Health menunjukkan bahwa tingkat polusi tinggi adalah penyebab terbesar karena mengandung berbagai macam zat kimia seperti polycyclic aromatic hydrocarbons (PAH), sebuah produk yang dihasilkan dari pembakaran bensin. Polutan ini menyebabkan kelahiran prematur meningkat sebanyak 30 persen.

Sedangkan amonium nitrat dari hasil pertanian dan industri meningkatkan ancaman prematur seperlima atau 21 persen. Dan, benzena, petrokimia, dan diesel menyebabkan peningkatan risiko 10 persen. "Polusi udara memengaruhi kelahiran prematur dan berat bayi yang rendah," ujar penulis penelitian Dr Beate Ritz seperti dikutip dari 
Daily Mail.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa PAH dari hasil pembakaran kendaraan banyak memberikan pengaruh negatif bagi keselamatan bayi yang belum lahir. "Peningkatan risiko akibat partikel amonium nitrat menunjukkan bahwa polutan sekunder juga memberikan dampak negatif," ia menambahkan.

Para peneliti melakukan penelitian terhadap 100 ribu kelahiran dalam radius lima kilometer dari stasiun pemantauan kualitas udara di negara bagian Los Angeles yang terkenal dengan tingkat polusi udara yang tinggi.

Mereka juga mencatat konsentrasi polutan lebih tinggi di musim dingin dibandingkan dengan musim panas. Serta, kota-kota pantai memiliki udara yang lebih bersih dibandingkan pedalaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar